Permintaan Dan Jumlah Produksi Rokok Naik Saat Pandemi

Talkshow Berita KBR

Hallo semua apa kabar, semoga selalu sehat dan tetap semangat ya. Kurang lebih lima bulan kita berada dalam masa pandemi Covid19 yang begitu sangat mengkhawatirkan bagi saya, betapa tidak setiap hari lonjakan angka positif Covid19 semakin meningkat dan begitu cepat penyebaran dan penularannya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah supaya bisa menekan angka yang belum turun juga.

Masih dirumah dan tetap bertahan untuk tidak kemana-mana dulu kalau dirasa tidak penting, menerapkan protokol kesehatan yang begitu ribet dan bikin cape tetap saya jalankan karena ada yang lebih lelah daripada kita yaitu tim medis. Mereka berada digaris depan yang peralatan tempurnya melebihi kita, mereka kepanasan dengan baju APD nya, menahan haus lapar dan menahan untuk ke toilet, silahkan bandingkan ya dengan kita yang mungkin masih santuy karena harus memakai masker.

Dalam situasi memprihatinkan seperti sekarang, masa pandemi yang belum juga tuntas, kita belum bisa bantu atau bahkan berbuat banyak untuk negara ini, tapi mulailah dari yang terkecil dan dari diri sendiri, tetap di rumah atau kalau pun harus keluar rumah patuh protokol kesehatan, hindari kerumunan, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan pakai sabun.

Selain itu juga rajin olahraga, makan makanan bergizi dan ubah kebiasaan hidup terutama buat para perokok. Karena membaca artikel dan mendengarkan.berita bahwa perokok rentan dan beresiko terpapar virus Covid19 dan ini sudah banyak penelitian-penelitian tentang bahaya merokok saat pandemi.

Berita KBR

Nah, ngomongin rokok saat pandemi, kemarin hari Rabu 19 Juli 2020 ada live Youtube Berita KBR dengan tema Mengapa Cukai Rokok Harus Naik Saat Pandemi?. Dengan menghadirkan narasumber Prof. dr. Hasbullah Thabrany (Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau) dan Dr. Renny Nurhasana (Dosen dan Peneliti Sekolah Kajian Stratejik Global UI).

Menurut situs kesehatan kemenkes, rokok dapat menyebabkan penyakit tanpa menular seperti kardiovaskuler, kanker dan diabetes, rokok juga menyebabkan faktor resiko penyakit menular seperti TBC dan infeksi saluran pernafasan. Nah, buat para perokok mudah-mudahan banyak baca dan mendengarkan pentingnya pengendalian konsumsi rokok disaat pandemi yang merupakan sebuah keharusan.

Fakta nya dilapangan masih banyak sekali orang yang masih merokok bahkan saat pandemi seperti sekarang, dan menurut saya memang susah untuk memberi pemahaman kepada para perokok untuk segera #putusinaja dari rokok, ini seperti memberi nasihat kepada orang yang sedang jatuh cinta, susahnya pakai banget.

Sudah ada peringatan dalam kemasan rokok dengan memakai gambar organ yang rusak akibat rokok namun mereka pura-pura tidak melihat dan lebih konyol lagi ketika saya sedang berada di kasir mini market, ada bapak-bapak yang hendak membeli rokok, lalu si kasir tersebut memberi sebuah kemasan rokok dan ditelitilah bungkus rokok itu dan dengan reflek dia ngomong "tukar jangan yang ini mbak, gambarnya terlalu mengerikan" dalam hati saya nah itu tahu kalau rokok itu bisa merusak organ. Antara miris dan pengin ketawa aja secara bapak pembeli rokok itu berperawakan tinggi besar tapi takut juga pada gambar organ yang rusak. Sekalian dong putusin aja rokok nya pak biar tidak takut.


Bagaimana tidak ya kalau rokok itu sangat jahat bukan hanya untuk orang yang sedang berada disekitarnya tapi juga buat si perokok itu sendiri bahkan organ tubuhnya bisa rusak akibat rokok. Nih ya menurut Prof. dr. Hasbullah, 1/600 rambut, virus yang hidup di paru-paru menutup saluran paru-paru, menyedot makanan dan darah sehingga mudah menjadi teman baik dari polusi lain hingga mempercepat merusak paru-paru.

Duh tuh ngeri kan, mungkin ini ya alasannya pengendalian dan konsumsi rokok di saat pandemi merupakan sebuah keharusan, permasalahannya gimana caranya?

Dengan gambar mungkin tidak efektif karena fakta dilapangan permintaan dan jumlah produksi rokok naik saat pandemi. Meskipun harga rokok sudah naik per Januari 2019 lalu, namun belum signifikan dan masih jauh untuk mengendalikan karena 5 tahun terakhir fakta menunjukkan anak-anak remaja mulai merokok karena harga rokok masih terjangkau.


Iya juga sih, harga rokok terjangkau mereka bisa memprioritaskan rokok dibanding sesuatu yang bermanfaat buat mereka. Prof. dr. Hasbullah mengatakan harga rokok harus naik dengan harga Rp 70.000 per bungkus dan diharapkan bisa menekan jumlah angka perokok. Hemm bisa tidak ya? Kalau misal harga per bungkus sudah Rp 70.000 masih banyak yang merokok ini sudah keterlaluan ya, hiks.

Menurut Dr. Renny, Cukai Tembakau rokok efektif di berbagai negara salah satunya menaikkan cukai rokok. Fungsi Cukai pendapatan penting tapi lebih penting untuk menekan prevalensi yang ada di Indonesia.

Namun ya itu tadi ya pasti semua tidak bisa berjalan mulus, banyak tantangan dan menuai pro dan kontra. Butuh kerjasama yang luar biasa tidak hanya upaya pemerintah untuk bisa mengupayakan menekan jumlah angka perokok akan tetapi juga kesadaran masyarakat khususnya perokok untuk stop merokok terlebih saat pandemi seperti sekarang. Sayangi nyawa dan Selamatkan generasi penerus dari bahaya rokok.

Harapan saya, sesudah ada yang bilang "jangan yang ini, gambarnya terlalu mengerikan" Mudah-mudahan nanti ketika Pemerintah menaikkan cukai rokok banyak perokok yang bilang  "jangan merokok lagi harganya mengerikan".***


"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #PutusinAja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #PutusinAja kebijakan pengendalian Tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #PutusinAja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesia Social Blogpeneur. Syaratnya bisa lihat disini





Komentar

  1. gambar seram di bungkus itujadi salah satu efek jera bagi perokok. saya aja kalo liatnya kayak gimana gitu bu hehehe. apalagi yg tenggorokan bolong. serem

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima Kasih sudah mampir ke blog saya, semoga berkesan dan bermanfaat dan jangan lupa boleh tinggalkan jejak dengan memberi komentar, Bye..

Postingan populer dari blog ini

Sakit Kepala Bukan Alasan Lagi Untuk Tidak Beraktivitas

Sekarang Praktis Pesan Tiket Bus Budiman Bisa via Online

Store Tour Harga Teman Giant Bareng Meisya Siregar