Berharap Tangerang Selatan Menjadi Kota Ramah Anak Dan Bebas Dari Iklan, Promosi Dan Sponsor Rokok

Sumber foto gulalilaily.com

Hai kembali lagi bersama saya yang selalu ingin berbagi informasi dan cerita, kali ini saya mau bercerita tentang IklanPromosi Sponsor rokok yang menarik untuk disimak. Rokok, anak, asap rokok memang selalu menjadi berita yang menakutkan bagi sebagian orang termasuk saya, itulah alasan saya untuk selalu ingin mengingatkan dan sharing dengan pembaca.

Permasalahan rokok dan anak masih banyak kita jumpai disekitar kita dan parahnya mereka terkesan acuh seolah itu hal biasa dan mungkin dalam pikirannya ah bukan anak saya ini dan bukan keluarga saya ini, hemm...tapi di satu sisi juga mungkin dilema juga sih karena kebanyakan orang kalau dikasih tahu biasanya suka tidak terima dan tidak jarang malah mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar, tuh kan niat baik kita malah disalah arti kan.

Merujuk ke permasalahan rokok tentu tidak lepas dari promosi, Iklan Promosi Sponsor yang banyak kita temui bahkan di warung kecil sekalipun pemandangan iklan rokok banyak kita jumpai. Dengan iklan seperti itu seolah mengajak kita berkenalan dengan yang namanya rokok, iya kalau jatuhnya pada orang dewasa yang sudah mengerti dampak dari Rokok buat kesehatan, nah kalau jatuhnya di anak-anak yang sedang masa nya coba-coba dan rasa keinginan tahuannya besar bagaimana?

Karena anak itu peniru ulung, apa yang dia lihat selalu menjadi tantangan baginya untuk mencoba. Rokok itu merupakan zat adiktif yang mempunyai efek ketagihan jika sudah mengkonsumsi ya.

Ruang Publik KBR

Mendengarkan Talkshow di Ruang Publik KBR #putusinaja, Rabu 24 Juni 2020 yang mengangkat tema Strategi Daerah Terapkan Pembatasan Iklan Rokok bersama Dedy Syahendry selaku Kepala Dinas sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan  Perlindungan Anak (Dinsos PMD-PPA) Kota Sawahlunto Sumatera Utara dan Nahla Jovial Nisa (Koordinator Advokasi Lentera Anak) dan dipandu oleh Don Brady.

Narasumber Talkshow KBR

Menurut studi jurnal Amerika Serikat disimpulkan bahwa iklan rokok mendorong perokok untuk meningkatkan konsumsinya dengan jumlah perokok usia anak-anak, karena menganggap hal ini hal yang biasa dan ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya hingga dua kali lipat di tahun 2018.

Riset kesehatan dasar mencatat 9, 1% pelanggaran dan peraturan pembatasan iklan sponsor rokok mendesak untuk segera diterapkan seperti yang sudah diterapkan oleh Sawahlunto di Sumatera Barat. Lewat Peraturan Wali kota Sawahlunto No 70 tahun 2019, kota ini melarang reklame spanduk rokok di kota itu.

Menurut Dedy Syahendry, perjuangan yang sangat panjang  bukan serta merta pada tahun 2019, tetapi dimulai tahun 2012 PP Sawahlunto bergerak dan di tahun 2013 Sawahlunto mencanangkan Kota Layak Anak. Lalu pada tahun 2014 Perda No 3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, terus di tahun 2015-2016 mencoba untuk membatasi iklan promosi rokok, lalu di tahun 2017 keluar instruksi Wali kota untuk tidak menerima PAD (Pendapatan Asli Daerah) terutama iklan rokok dihapuskan, di tahun 2028 lanjut dan tahun 2019 keluarlah Perwako atau Peraturan Wali kota yang melarang iklan promosi rokok di kita Sawahlunto.

Merujuk pada permasalahan diatas tentu ada konsekuensi dan resiko yang harus diterima oleh kota Sawahlunto, berkurangnya pendapatan tentu jelas ya akan tetapi pemerintah di Sawahlunto ini lebih merelakan pendapatan asli daerah terutama dari rokok itu hilang dan lebih memilih untuk melindungi anak dari ancaman rokok. Hemm. .. Patut dicontoh ini buat wilayah-wilayah lain untuk segera menerapkan kota layak anak.

Komitmen Pemerintah Pusat

Menurut Nahla, Peraturan Nasional merujuk pada Peraturan Pemeruntah 102 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan dan di  Peraturan Pemerintah 109 yang sekarang peraturan yang ada iklan dibatasi bukan larangan total iklan untuk diluar ruang tetapi memberi kewenangan tersebut kepada pemerintah daerah di pasal 33.

Berkaitan dengan hal tersebut, mengutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K) ,Mars, DTM&H, DTCE, menyatakan berbagai penelitian ilmiah mengungkapkan adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara pemasaran produk rokok dengan meningkatnya konsumsi rokok. Ditambahkan, pemasaran rokok tidak hanya meningkatkankonsumsi rokok, tetapi juga menyebabkan inisiasi perilaku merokok pada anak-anak.

"Iklan, promosi dan sponsor rokok membangun friendly familiarity terhadap produk-produk rokok" . (Prof. Tjandra)

Rokok mengandung lebih dari 4000 zat yang berbahaya bagi kesehatan, dimana 43 zat diantaranya bersifat karsiogenik. Rokok merupakan faktor risiko bagi munculnya penyakit tidak menular dan mematikan, seperti penyakit jantung koroner, stroke dan kanker. Selain mengancam kesehatan para perokok, asap Rokok juga berbahaya bagi orang-orang di sekitar yang terpapar asap rokok tersebut.

Saat ini, Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia (6,41 juta perokok) , setelah Cina dan India. Tingginya jumlah perokok tersebut berbanding lurus dengan jumlah non smoker yang terpapar asap rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin bertambah (97juta penduduk Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia terpapar asap rokok, sejumlah 11,4 juta diantaranya berusia antara 0-4 tahun.

Wouw ngeri sekali ya, dan ternyata banyak anak-anak yang menjadi korban dari paparan asap rokok orang lain, jadi sama-sama dirugikan ya baik itu perokoknya sendiri juga buat yang ada disekitarnya. Berkaca dari kota Sawahlunto yang telah menerapkan kota layak anak dan sudah melarang iklan promosi sponsor rokok mudah-mudahan bisa diikuti dan diterapkan oleh kota-kita lainnya, ya salah satunya dengan menutup satu pintu yaitu larangan iklan promosi sponsor rokok.

Tangerang Selatan Kota Tempat Tinggalku

Tangerang Selatan menjadi kota persinggahan saya selama diperantauan, dengan sejuta kenangan dan cerita Tangsel sudah menempati hati saya hingga sampai detik ini belum mau beranjak dari kota ini. Lokasi yang strategis cukup memudahkan kami untuk mobilitas dan sudah nyaman saja dengan lokasi dan penduduknya.

Berharap bisa banget Tangsel ini menjadi kota seperti Sawahlunto, kebijakan yang diterapkan Pemkot dirasa cukup membantu untuk #PutusinAja dari Rokok. Menurut berita di bisnis.com, yang menyatakan bahwa Pemkot Tangsel tengah giat mensosialisasikan kawasan dilarang merokok antara lain area tempat pendidikan, fasilitas kesehatan, perbelanjaan, toko modern dan pasar tradisional dan modern serta angkutan umum.

Selain itu juga Pemkot Tangsel juga melarang warung dan toko swalayan memasang iklan, merek atau logo terutama yang berlokasi di kawasan dilarang merokok, bagi yang melanggar akan kena sanksi.

Iin Sofiawati, Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangsel mengatakan larangan merokok tertuang dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Duh ternyata Tangsel juga sudah menerapkan larangan iklan promosi rokok ya, dan ini memang tidak gampang karena butuh kesadaran dari masyarakat supaya mau bersama-sama dengan pemerintah untuk mensosialisasikan larangan iklan, promosi dan sponsor rokok supaya anak-anak terlindungi dari ajakan yang terpampang di iklan rokok.

Anak itu masa depan Bangsa, generasi yang harus kita lindungi kesehatannya jangan biarkan rokok merusak kehidupan dan masa depan mereka. Banyak saya temui usia anak-anak yang sudah menjadi candu rokok, kebanyakan dari mereka karena faktor :


  • Lingkungan, bisa dari terbawa oleh teman dan atau pengaruh keluarga yang perokok
  • Gaya hidup, bisa jadi dari yang tadinya iseng jadi keterusan dan jadi candu
  • Ikut-ikutan, banyak kasus yang saya temui karena awalnya sekedar ikut-ikutan saja karena temannya merokok
  • Stress, tidak jarang alasan merokok untuk menghilangkan Stress dan rokok lah jadi pelarian, padahal rokok bukan penyelesaian masalah tapi justru rokok bisa menjadi masalah buat kesehatan

Sebagai orang tua ini PR besar buat saya, mengingat anak saya laki-laki dan semoga saja seiring waktu banyak wilayah yang menerapkan larangan promosi iklan rokok dan banyak yang peduli dengan melindungi anak dari bahaya rokok. ***

"Saya sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #PutusinAja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #PutusinAja kebijakan pengendalian Tembakau yang ketat. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #PutusinAja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesia Social Blogpreneur ISB. Syaratnya bisa lihat disini.

Sumber referensi :

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20130531/237966/jangan-biarkan-iklan-promosi-dan-sponsor-rokok/

https://m.bisnis.com/kabar24/read/20161219/386/613418/warga-ragu-tangsel-akan-larang-jual-rokok-secara-terbuka

Masih Berani Bepergian Saat Pandemi? Lakukan Hal Ini

Virus Corona Made in My Son

Hallo guys apa kabarnya nih, sudah berapa lama stay at home? Benar-benar diluar dugaan ya kita berada dalam situasi pandemi Covid19, yang tadinya cuma merasa iba melihat tayangan di televisi dengan berita wabah virus Corona yang sedang melanda negeri tirai bambu. Horor melihat warga Wuhan yang di lockdown, semua aktivitas terhenti, suasana mencekam layaknya kota mati tak berpenghuni.

Tahun 2020, tepatnya bulan Maret 2020 kita semua rakyat Indonesia sangat dikejutkan oleh berita yang diumumkan oleh Presiden Jokowidodo bahwa ada Warga Negara Indonesia yang positif Covid19, sejak saat itu dalam hitungan detik langsung menjadi trending didunia maya dan pastinya ini seperti mimpi buruk yang benar-benar terjadi.

Awal tahun yang begitu dramatis, setelah kita dihadapkan pada persoalan banjir yang belum selesai lalu ada permasalahan baru lagi yang kita hadapi yaitu wabah corona yang dengan cepat secepat kilat menyebar dan tidak sedikit yang sudah menjadi korbannya. Bagai petir di siang bolong, apa yang selama ini saya khawatir an terjadi juga di negeri sendiri, sungguh ini tidak terbayangkan sebelumnya.

Masih ingat betul, semenjak pengumuman itu saya selalu update berita seputar corona, buat apa? Ya supaya kita tahu dan bisa berjaga-jaga biar tidak panik tetapi tetap waspada. Berbagai protokol kesehatan dirumah kami lakukan sebisa dan semaksimal mungkin, kebiasaan dirumah mulai ada yang berbeda dari biasanya, mulai dari langsung mencuci pakaian tiap hari sehabis aktivitas diluar, tidak keluar rumah kalau tidak urgent, si kecil stop main di luar hingga sampai detik ini.

Masa-masa dua bulan kebelakang dimana masa emosi saya memuncak entah faktor bosan atau cape, salah sedikit aja yang dilakukan suami pasti saya emosi, belum lagi masalah di tempat kerja suami yang masih belum dan minim menjalankan protokol kesehatan waktu itu. Saya kerap bersitegang dengan suami supaya berani ngasih masukan dan saran buat bos nya supaya benar-benar serius menerapkan protokol kesehatan.

Teringat betul waktu itu saat sebagian pekerja di wilayah Jakarta memutuskan untuk Work From Home sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid19, namun ditempat kerja suami belum melakukan upaya itu padahal WFH memungkinkan juga koq mengingat sekarang jaman nya digital yang semua bisa dilakukan dari rumah dengan didukung oleh kemajuan teknologi.

Meeting online malam itu kembali menjadi hari yang menegangkan buat saya (lebay memang tapi ya gitu karena saya takut dan tidak mau menyepelekan Covid19) saya akan menjadi galak ketika ingin melindungi keluarga terutama anak. Singkat cerita dengan berbagai pertimbangan dan atas ijin Allah juga akhirnya waktu itu bos nya cukup terbuka hatinya hingga mau menerima saran suami untuk WFH sementara waktu dengan catatan harus masuk kerja ketika ada hal yang harus dikerjakan di kantor.

Dengan berbagai pertimbangan sebenarnya kami pun tidak mau bikin perusahaan rugi tetapi disisi itu juga kesehatan para karyawan juga lebih penting. Setelah WFH berjalan kurang lebih dua minggu, lalu suami berinisiatif lagi untuk masuk kerja dengan selang seling, artinya sehari kerja sehari libur dan menurut saya itu efektif untuk menghindari kerumunan dan bisa jaga jarak.

Dalam situasi serba terpaksa begini, emosi jadi mudah tersulut karena semua fokus ke corona jadi cape lahir bathin itu mungkin yang kami rasakan. Di satu sisi kami masih bersyukur karena perusahaan masih stabil itulah yang membuat kami semakin loyal pada perusahaan dan saya harus mendukung suami untuk bisa menjadi karyawan yang baik dan tidak banyak menuntut.

Singkat cerita, memasuki New Normal setelah liburan lebaran usai dan kita memulai dengan kehidupan normal baru, dimana kita bisa beraktivitas tetapi protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak dan cuci tangan harus tetap diterapkan karena covid19 belum benar-benar hilang dan masih beresiko tertular. Semakin kesini emosi mulai bisa berdamai dengan keadaan, tidak panik tetapi tetap waspada itu yang saya tanamkan.

Iya, saya tidak mau terus-terusan emosi yang akan membuat imun saya turun. Meskipun cape, bosan selama berada di rumah aja tapi hanya itu yang bisa kami lakukan. Merasakan situasi berbeda dan hanya merayakan idul fitri hanya bertiga dan di rumah saja karena nyali saya terlalu ciut untuk bersilaturahmi ke saudara terdekat sekalipun.

Bayangan ingin keluar rumah selalu diganti oleh virus mematikan yang mengerikan, melihat, membaca dan mendengar di sosial media sulitnya untuk mendapatkan perawatan dan ribetnya serangkaian tes yang harus dijalani terlebih ketika habis bepergian harus mengisolasi diri selama 14 hari, itu yang menguatkan saya untuk tetap berada di rumah dulu.

Semakin kesini, sekarang peralatan untuk tes Covid19 bisa didapat dengan mudah dan tersedia di tempat layanan kesehatan bahkan kita tidak perlu repot-repot ngantri yang bisa beresiko banget, kini ada layanan halodoc sebuah aplikasi kesehatan yang memudahkan kita untuk berobat dan bisa chatt dengan dokter seputar keluhan kita, hemm membantu banget kan ya.


Dan sama seperti layanan kesehatan lainnya, covid test Jakarta bisa akses dengan mudah tinggal ikuti langkah-langkah dan pilih sesuai pilihan kita.


Simple kan ya, jangan ada alasan ini dan itu ya jika anda misalnya beresiko atau sudah melakukan perjalanan atau jika ingin melakukan perjalanan luar kota, patuhilah peraturan yang ada jangan sampai kita tertular atau menularkan ke orang lain. Kejujuran dibutuhkan untuk situasi seperti ini, ceritakan riwayat perjalanan anda jika anda hendak berkunjung ke tempat tujuan atau jika sedang berobat.

Stay Safe & Stay Health mulai dari diri sendiri. ***


Sejarah Cobek Di Masa Pandemi

Rupawon.com

Sejak pandemi, dapur saya selalu menunjukkan aktivitas padat, yang tadinya hanya masak sesekali saja karena malas dan cape kalau harus meracik yang akan dimasak tiap hari. Jadi itu artinya saya tidak terlalu memikirkan perabotan rumah tangga dan baru tersadar ketika keadaan yang mengharuskan saya memasak ketika semua aktivitas beralih dirumah aja.

Selalu berpikiran tentang perkakas rumah tangga yang sering saya anggap remeh, ah buat dipakai sesekali ini (nyempitin rumah aja) ah mending beli saja lebih praktis tidak perlu beli perabotan pula pokoknya dan lain-lain selalu menjadi pertimbangan karena tidak mau menumpuk perabotan yang jarang terpakai.

Padahal sebenarnya tidak boleh berpikiran seperti itu ya, karena ada saat dimana kita pasti membutuhkan meskipun dipakai sesekali akan tetapi yang namanya perkakas rumah tangga itu penting untuk menunjang aktivitas di dalam rumah terlebih saat pandemi seperti sekarang yang mengharuskan kita untuk dirumah aja.


Cobek atau coet kalau bahasa sunda nya, perkakas rumah tangga yang bikin saya lelah dan cape karena suka tertipu apakah Cobek nya batu asli atau semen, perkakas ini menurut saya penting banget karena mayoritas masakan pasti membutuhkan Cobek ini untuk meracik bumbu dan tentunya membuat sambal.

Hingga pada suatu hari saya memaksakan diri untuk membeli Cobek meski dalam hati berkecamuk takut salah beli lagi. Saat saya berada ditoko kelontong saya berkata sama penjual :

Saya : Pak, ada cobek gak?

Penjual : ada, mau yang bagus apa yang biasa? Yang besar apa yang kecil?

Saya : Dengan semangat menatap ke beberapa cobek yang ada didepan mata hingga tatapan tertuju pada cobek berukuran kecil yang menarik hati. Ini saja pak sambil saya ambil cobek kecil yang tinggal satu satunya itu. Tapi ini asli gak pak? Aku suka tertipu aja kalau beli cobek. Apa buktinya kalau ini asli tanya saya

Penjual : Dengan muka adem, penjual itu berkata ya gini aja, kalau kita beli di yang lewat kan itu sekilas mungkin kita tidak akan bertemu lagi dengan yang jual nya tapi ini kan jelas toko nya

Penjual ini sukses meyakinkan saya dan dipikir juga iya, jadi ya saya coba saja lah gimana nanti asli apa engga nya.

Saya : Ya udah deh yang ini aja pak. Transaksi sudah dibayar dan selesai tapi otak saya masih melayang ke asli apa engga dan braaakkk. ... .seketika saya jatuh dihalaman toko itu karena saya tidak menyadari kalau ada anak tangga disitu dan intinya pikiran lagi gak fokus gara gara si cobek ini, hiks sakit sudah pasti karena saat menulis ini pun masih sedikit terasa ini engkel kaki yang bengkak.

Mirisnya lagi tidak ada yang nolong, mereka cuma meringis dan terdengar ada yang mrnjeriy mungkin kaget juga lihat ada yang jatuh, ok berprasangka baik saja mungkin mereka lagi jarak dan takut corona haha bersyukur aku masih bisa bangun sendiri dan berjalan meski dengan terpincang pincang.

Sesampainya dirumah sakitnya belum terasa, baru pas malam kaki mulai bengkak dan nyutnyutan, aku biarin tanpa tindakan dan obat apapun, alhamdulillah berangsur pulih dan kini saya rajin bikin sambal, rujak dan olahan yang harus diulek pokoknya lagi semangat masak dan ulek ulekan hahaha.

Tapi kecemasan saya tentang asli apa engga terbayarlah ternyata cobeknya batu asli hehe. Cobek inilah perkakas yang mendadak saya beli saat pandemi dan punya nilai sejarah dengan jatuhnya saya waktu itu hehe.

Selalu berpikir positif dalam setiap kejadian itu yang membuat kita dijauhkan dari sifat mengeluh yang tidak ada faedahnya. Saat situasi seperti pandemi ini banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil, semoga kedepan kehidupan kita bisa normal kembali dan bisa menjalani hidup lebih baik dari hari sebelumnya.***

Cerita Ramadhan Di Warung Jeruk


Kalau lagi jenuh gini, pikuran suka cape bikin energi terkuras karena ingat ke masa lampau. Masa dimana kita masih bebas bergerak tanpa diganti oleh virus seperti saat ini. Hiks, tahun ini mungkin jadi cerita buat kita semua dimana kita dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan kita untuk jaga jarak.

Bukan hanya jaga jarak akan tetapi kita diharuskan untuk tetap dirumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Sebagai manusia tentu ini sangat sulit ya karena manusia itu tidak bisa hidup sendiri dan satu sama lain pasti sangat membutuhkan, makanya selama pandemi ini banyak aktivitas yang terganggu seperti kerja, sekolah dan ibadah.

Yups, sekarang kita sedang berada dalam masa yang mungkin sangat berat karena harus menahan rindu dengan orangtua, kerabat, teman dan juga kampung halaman yang selalu menciptakan momen tak terlupakan.

Ngasih makan ikan di halaman rumah uyut 

Jadi teringat momen puasa tahun kemarin, H- sebelum lebaran saya sudah berada dikampung halaman, senang bisa merayakan ramadhan dan hari raya idul fitri bersama keluarga itu sesuatu yang sangat berharga.

Untuk menciptakan momen kebersamaan, dipenghujung ramadhan tahun kemarin kami buka puasa bersama diluar, selain karena memang sekalian lagi ada agenda saudara yang lagi syukuran ya kami manfaatkan momen buka bersama diluar sambil lewat, karena biasanya kami lebih memilih buka bersama dirumah dengan Keluarga besar, namun ramadhan kali ini kita memilih buka puasa diluar. Jadilah momen ini saya ingat sebagai Cerita Ramadhan Di Warung Jeruk.

With family

Ceritanya kami singgah di rumah makan Warung Jeruk, suasananya benar-benar asli perkampungan karena ya memang letaknya di kampung, hehe. Dengan perabotan khas pedesaan juga masakan khas sunda yang tidak asing dilidah dan juga salah satu masakan favorit saya di nusantara ini, ada pepes ikan mas, ayam goreng kampung, karedok dan masih banyak lagi menu lainnya dan lalapan plus sambal yang menjadikan masakan sunda ini banyak disukai orang.

Kami semua sangat menikmati suasana dan santapan waktu itu, bercengkrama sambil menyantap santapan berbuka setelah seharian berpuasa itu rasanya nikmat banget ditambah alunan musik sunda melengkapi suasana yang begitu ngangenin.

Sekali berkunjung ke warung jeruk, bikin hati saya jatuh hati karena menu nya sesuai selera dan soal harga sangat-sangat terjangkau namun kualitas dijamin memuaskan pengunjung (bukan iklan). Dalam hati berkata ingin suatu saat nanti jika pulang kampung, bisa berkunjung kesini lagi bersama dengan Keluarga berdamai-ramai.

Kebahagiaan tercipta bukan karena tempat dan makanan yang mengandung mewah, tetapi dengan siapa itu buat saya sudah cukup bahagia. Bahagia karena sudah menjadi momen dalam kebersamaan yang akan selalu indah dikenang dan menjadi cerita yang akan dibagikan ke anak cucu kelak dan juga bisa dijadikan contoh buat generasi muda kalau silaturahim dengan Keluarga itu sangat menyenangkan.

Apalagi budaya nenek moyang kita kan selalu mengajarkan untuk kebersamaan dengan kumpul bareng keluarga. Duh jadi ingat kampung halaman, kampung yang selalu dirindu dengan suasana alam yang asri, rumah yang sehat karena udara yang bersih, lingkungan asri dengan pepohonan yang rindang, itu yang selalu saya kangenin dari kampung halaman.

Iya, suasana rumah yang tidak akan ditemui di kota, meskipun di kota banyak pohon dihalaman rumah tapi tetap saja udaranya sudah tercemar, berbeda dengan di pedesaan yang udaranya masih bersih karena tingkat polusinya tidak sebesar di perkotaan. Kampung halaman lah hal yang menarik dan warung jeruk yang wajib dikunjungi jika pulang kampung. ***

Kreativitas Bermunculan Selama Pandemi

Virus Corona

Tahun baru kali ini benar-benar berbeda dari tahun sebelumnya, pergantian tahun yang biasanya saya pakai untuk bersilaturahmi namun tahun ini dirasakan berbeda, entahlah apa yang saya rasakan di tahun ini sangat menyedihkan dengan melihat dan mendengar korban banjir di beberapa wilayah.

Terhanyut oleh apa yang mereka rasakan hingga saya memutuskan tidak untuk pergi kemana-mana, padahal kakak saya menawarkan tiket perjalanan wisata kemana aja yang kita mau, lengkap dengan tiket pesawat hotel pokoknya sepaket. Tapi ya itu saya, orangnya terlalu perasa tidak bisa melihat orang lain sedih karena suka memikirkan bagaimana kalau terjadi pada saya?

 Dari awal tahun saya benar-benar dirumah saja, itu artinya sebelum pandemi melanda negeri kita, saya sudah stay at home. Jenuh iya sedih sudah pasti tapi ya ini mungkin satu-satunya yang terbaik supaya aman, karena kalau maksa pergi juga cuaca sangat tidak mendukung dan banjir dimana-mana.

Tepat bulan Maret Presiden Jokowi mengumumkan ada WNI yang terkena covid 19, tambah ambyar perasaanku dan semakin enggan untuk bepergian terlebih bawa di kecil No banget lah. Sejak saat pengumuman itu, aktivitas kerja suami masih normal dan saya belum sibuk untuk memerintah protokol kesehatan dirumah kami.

Hingga saat Jakarta mengumumkan PSBB baru saya seperti kapal yang oleng, sibuk cari disinfektan, cuci baju sehabis dari luar, cape nyuruh cuci tangan pakai sabun, pokoknya asli cape lahir bathin karena harus diingatkan terus.

Stop beli makan jadi dari luar itu keputusan yang berat karena biasanya kalau saya lagi malas dan cape untuk masak, biasanya kami beli jadi, tapi sekarang tiap hari saya harus memasak dan menyiapkan.bekal makan siang.

Lihat orang seperti paranoid takut yang luar biasa karena takut bawa virus corona, ada yang dari luar datang kerumah dicurigai gih pokoknya engga banget nih. Jadi mending kami dirumah aja tidak melihat keramaian, keluar sesekali itu pun hanya untuk membeli keperluan yang pokok itu pun dengan kelengkapan berbagai ritual ribet seperti menggunakan masker, kacamata dan lain-lain.

Berada dirumah saja tentu bukan sesuatu hal yang mudah ditambah ada anak kecil yang belum mengerti situasi pandemi seperti apa. Jadi ini luar biasa buat saya, tiap hari harus menjelaskan ke anak apa itu virus corona supaya dia berhenti untuk tidak main diluar dulu.
Bermain tetris hasil prakarya bapake ☺️

Berbulan-bulan kami dirumah, beruntung bapaknya selang seling masuk kerja selama PSBB jadi anak ada teman untuk bermain dan membuat prakarya mainan dan kami pun jadi banyak pengalaman selama dirumah aja selama pandemi. Khususnya saya bisa memasak jajanan yang sebelumnya tidak terpikirkan karena repot meraciknya, akan tetapi kalau sudah dijalani semua terasa happy apalagi melihat hasil akhirnya.

Nih ya, selama dirumah aja saya bikin siomay, mie ayam, nagasari, bubur sum sum pokoknya itu hal kreatif yang saya temui selama masa pandemi. Itu bikin nagasari ceritanya saya mau bikin bubur sum sum tapi gagal karena kurang air, lalu saya putar otak bagaimana supaya olahan ini tidak mubazir, lihat di dapur ada pisang jadi terpikirlah buat bikin nagasari dan aku tinggal cari daun pisangnya, setelah dapat semua lalu saya coba dan hasilnya ternyata sesuai dengan yang saya harapkan dan yes saya berhasil (belajar dari kegagalan itu penting gaes). Terus yang paling berkesan adalah beberes rumah, sebelum aktivitas dirumah aja males banget untuk beberes, alhasil sampah dari selama beberes itu lumayan banyak juga OMG berarti selama ini saya banyak menimbun sampah juga di rumah selain menimbun lemak dibadan hahaha.

Ambil hikmah dalam setiap kejadian, yups inilah hikmah yang bisa saya ambil selama dirumah aja, hal yang tidak terpikirkan sebelumnya banyak bermunculan ketika dalam situasi yang berbeda. Dari pandemi kita bisa belajar bagaimana kita bisa menghemat pengeluaran, tidak sering jajan diluar, dan yang paling penting itu kebersamaan bersama dengan orang yang kita cintai seperti keluarga yang harus kita pupuk. Tentu ini menjadi pengalaman yang berharga buat kita semua ya. Stay Safe & Stay Health.***

Tragedi Capcay Menjelang New Normal

Kurang lebih sudah tiga bulan kami mentaati anjuran pemerintah untuk dirumah saja, tidak keluar rumah jika tidak ada yang penting, iya memang keseharian kami pun selalu di rumah jadi tidak berat buat kami, tapi berbeda sekali dengan situasi pandemi seperti ini, meskipun kami sering dirumah tapi sesekali kami keluar untuk refresh entah itu ke taman atau ngajak anak bereksplor, yang penting keluar rumah.

Tapi ini, situasi seperti mencekam PSBB dimana-mana otomatis nyali jadi ciut, lihat manusia jadi takut sendiri alhasil suudzon melanda jadi cari aman mending kami dirumah aja. Bosan, pasti lelah iya banget karena sejak pandemi aktivitas kerjaan rumah tangga meningkat, seperti cuci baju setiap habis dari luar, masak sendiri (karena sebelum pandemi biasanya kalau malas tinggal beli jadi aja) tapi ya namanya juga usaha dan ikhlas saja jadi lama-lama mulai terbiasa.

Setelah menikmati dan menerima dengan keadaan selama pandemi, kita sekarang berada dalam tahap ke posisi New normal dimana keadaan kita akan berbeda dengan sebelum pandemi, ada kebiasaan baru yang harus tetap kita patuhi seperti jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan asupan yang bergizi untuk memperkuat imun kita.

Dan sebenarnya jauh sebelum pandemi tepatnya setelah punya anak, menjaga kebersihan terutama sehabis bepergian atau beraktivitas dari luar, kami selalu membiasakan diri untuk bersih-bersih terlebih dahulu, seperti cuci muka, tangan dan kaki dan ganti pakaian sehabis aktivitas dari luar itu ritual yang tidak pernah kami lewati, alhasil si kecil pun jadi terbiasa.

Meskipun sudah terbiasa ya tetap saja ada beberapa hal yang terkadang kami abaikan dan sekarang jadi lebih protect dan semaksimal mungkin bisa menerima dan mematuhi anjuran pemerintah untuk bisa beradaptasi dengan New normal.

Gara-gara Capcay

Setelah menjalani WFH tepatnya sesudah libur hari raya idul fitri, ditempat kerja suami sudah mulai aktivitas kerja seperti biasa. Tadinya yang selang seling kerja (meringankan kerjaan saya krn tdk cuci baju tiap hari dan memasak untuk bekal) dan kini, masuk normal seperti biasa itu berarti tiap hari disibukkan dengan cuci baju masak dll, hiks cape iya jenuh sudah pasti tapi ya mau gimana lagi, untuk dikerjakan sama orang lain? Tidak mungkin karena aku suka tidak percaya bersih atau tidak, selama saya sanggup an bnyk waktu luang why not? Karena ini juga ladang pahala buat saya.

Saya selalu mewanti-wanti suami supaya tidak beli makan  dari luar untuk itu sebisa mungkin saya memasak sendiri meski buat saya masak aktivitas yang melelahkan. Merasa tenang karena sudah membekali nasi dan saya percaya kalau dia tidak akan beli dari luar.

Suatu waktu, Allah begitu baik pada saya karena Allah maha tahu segalanya. Ketika suami meletakkan kotak makannya, sepintas terlihat warna merah yang bikin saya penasaran (dalam hati menggerutu apa itu yang warna merah, pikiranku oh mungkin itu Sardennya nyisa) lalu aku pun berlalu dari dapur, nah pas suami buka kotak makan untuk ditaro di wastafel dan baru aku melihatnya, whats seperti bekas buah tomat lalu aku pun langsung bertanya bekas apa itu buah tomat karena hari aku tidak masak dengan menggunakan tomat, dengan entengnya dia dia bilang oh itu bekas capcay dari pak erik tadi dia beli kebanyakan jadi dibagi dua.

Seketika aku meradang sejadi-jadinya, padahal dia tahu selama pandemi saya tidak membeli makanan matang dari luar dan kenapa dia lakukan padahal saya sering mengingatkan dia di wa supaya tidak memakan makanan yang bukan dari rumah. Dalam pikirku jadi pengorbanan selama kami karantina untuk tidak membeli dulu makanan jadi buat apa? Buat saya ini penghianatan!

Terjadilah perang dunia dan saya amat benci sama dia. Berhati-hari bungkam dan sejak itu saya seperti putus harapan. Bukan hanya karena capcay nya tapi juga masalah komitmen. Mudah-mudahan dia kapok ya Karena saya galak  banget waktu tragedi Capcay itu.

Jadi buat kalian siapapun, Please ya kalau buat komitmen itu harus sungguh-sungguh, jangan pernah punya pikiran kalau yang dirumah tidak tahu karena ada yang diatas yang selalu menyaksikan dan dengan kuasa nya suka ada aja yang diperlihatkan pada kita supaya kita tahu.

Hargai jerih payah orang rumah yang selalu ingin keluarganya sehat, semua lelah dan letih ya akan terasa terobati jika melihat keluarganya sehat karena kita tidak tahu kalau makan beli diluar itu kebersihannya terjaga atau tidak terus aman tidak saat pengemasan ya sedangkan situasi seperti ini mengharuskan kita untuk makan yang sehat dan bersih.

Meskipun kita cape, bosan menghadapi pandemi ini tapi kita jangan kalah, kita ini sedang berjuang melawan covid, lakukan dengan yang kita bisa salah satunya me lnjaga pola hidup sehat.

Ya begitulah adaptasi versi saya menjelang New normal, semua harus safety dan mengikuti protokol kesehatan. Karena ikhtiar untuk sehat itu wajib. Yuk ah guys jangan pernah anggap sepele yang namanya penyakit menular seperti covid 19 ya, jangan sampai tertular dan jangan menulari, jaga keluarga, tetangga, kerabat dan teman. Semoga kita sehat selalu. ***