Tragedi Capcay Menjelang New Normal
Kurang lebih sudah tiga bulan kami mentaati anjuran pemerintah untuk dirumah saja, tidak keluar rumah jika tidak ada yang penting, iya memang keseharian kami pun selalu di rumah jadi tidak berat buat kami, tapi berbeda sekali dengan situasi pandemi seperti ini, meskipun kami sering dirumah tapi sesekali kami keluar untuk refresh entah itu ke taman atau ngajak anak bereksplor, yang penting keluar rumah.
Tapi ini, situasi seperti mencekam PSBB dimana-mana otomatis nyali jadi ciut, lihat manusia jadi takut sendiri alhasil suudzon melanda jadi cari aman mending kami dirumah aja. Bosan, pasti lelah iya banget karena sejak pandemi aktivitas kerjaan rumah tangga meningkat, seperti cuci baju setiap habis dari luar, masak sendiri (karena sebelum pandemi biasanya kalau malas tinggal beli jadi aja) tapi ya namanya juga usaha dan ikhlas saja jadi lama-lama mulai terbiasa.
Setelah menikmati dan menerima dengan keadaan selama pandemi, kita sekarang berada dalam tahap ke posisi New normal dimana keadaan kita akan berbeda dengan sebelum pandemi, ada kebiasaan baru yang harus tetap kita patuhi seperti jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan asupan yang bergizi untuk memperkuat imun kita.
Dan sebenarnya jauh sebelum pandemi tepatnya setelah punya anak, menjaga kebersihan terutama sehabis bepergian atau beraktivitas dari luar, kami selalu membiasakan diri untuk bersih-bersih terlebih dahulu, seperti cuci muka, tangan dan kaki dan ganti pakaian sehabis aktivitas dari luar itu ritual yang tidak pernah kami lewati, alhasil si kecil pun jadi terbiasa.
Meskipun sudah terbiasa ya tetap saja ada beberapa hal yang terkadang kami abaikan dan sekarang jadi lebih protect dan semaksimal mungkin bisa menerima dan mematuhi anjuran pemerintah untuk bisa beradaptasi dengan New normal.
Gara-gara Capcay
Setelah menjalani WFH tepatnya sesudah libur hari raya idul fitri, ditempat kerja suami sudah mulai aktivitas kerja seperti biasa. Tadinya yang selang seling kerja (meringankan kerjaan saya krn tdk cuci baju tiap hari dan memasak untuk bekal) dan kini, masuk normal seperti biasa itu berarti tiap hari disibukkan dengan cuci baju masak dll, hiks cape iya jenuh sudah pasti tapi ya mau gimana lagi, untuk dikerjakan sama orang lain? Tidak mungkin karena aku suka tidak percaya bersih atau tidak, selama saya sanggup an bnyk waktu luang why not? Karena ini juga ladang pahala buat saya.
Saya selalu mewanti-wanti suami supaya tidak beli makan dari luar untuk itu sebisa mungkin saya memasak sendiri meski buat saya masak aktivitas yang melelahkan. Merasa tenang karena sudah membekali nasi dan saya percaya kalau dia tidak akan beli dari luar.
Suatu waktu, Allah begitu baik pada saya karena Allah maha tahu segalanya. Ketika suami meletakkan kotak makannya, sepintas terlihat warna merah yang bikin saya penasaran (dalam hati menggerutu apa itu yang warna merah, pikiranku oh mungkin itu Sardennya nyisa) lalu aku pun berlalu dari dapur, nah pas suami buka kotak makan untuk ditaro di wastafel dan baru aku melihatnya, whats seperti bekas buah tomat lalu aku pun langsung bertanya bekas apa itu buah tomat karena hari aku tidak masak dengan menggunakan tomat, dengan entengnya dia dia bilang oh itu bekas capcay dari pak erik tadi dia beli kebanyakan jadi dibagi dua.
Seketika aku meradang sejadi-jadinya, padahal dia tahu selama pandemi saya tidak membeli makanan matang dari luar dan kenapa dia lakukan padahal saya sering mengingatkan dia di wa supaya tidak memakan makanan yang bukan dari rumah. Dalam pikirku jadi pengorbanan selama kami karantina untuk tidak membeli dulu makanan jadi buat apa? Buat saya ini penghianatan!
Terjadilah perang dunia dan saya amat benci sama dia. Berhati-hari bungkam dan sejak itu saya seperti putus harapan. Bukan hanya karena capcay nya tapi juga masalah komitmen. Mudah-mudahan dia kapok ya Karena saya galak banget waktu tragedi Capcay itu.
Jadi buat kalian siapapun, Please ya kalau buat komitmen itu harus sungguh-sungguh, jangan pernah punya pikiran kalau yang dirumah tidak tahu karena ada yang diatas yang selalu menyaksikan dan dengan kuasa nya suka ada aja yang diperlihatkan pada kita supaya kita tahu.
Hargai jerih payah orang rumah yang selalu ingin keluarganya sehat, semua lelah dan letih ya akan terasa terobati jika melihat keluarganya sehat karena kita tidak tahu kalau makan beli diluar itu kebersihannya terjaga atau tidak terus aman tidak saat pengemasan ya sedangkan situasi seperti ini mengharuskan kita untuk makan yang sehat dan bersih.
Meskipun kita cape, bosan menghadapi pandemi ini tapi kita jangan kalah, kita ini sedang berjuang melawan covid, lakukan dengan yang kita bisa salah satunya me lnjaga pola hidup sehat.
Ya begitulah adaptasi versi saya menjelang New normal, semua harus safety dan mengikuti protokol kesehatan. Karena ikhtiar untuk sehat itu wajib. Yuk ah guys jangan pernah anggap sepele yang namanya penyakit menular seperti covid 19 ya, jangan sampai tertular dan jangan menulari, jaga keluarga, tetangga, kerabat dan teman. Semoga kita sehat selalu. ***
Tapi ini, situasi seperti mencekam PSBB dimana-mana otomatis nyali jadi ciut, lihat manusia jadi takut sendiri alhasil suudzon melanda jadi cari aman mending kami dirumah aja. Bosan, pasti lelah iya banget karena sejak pandemi aktivitas kerjaan rumah tangga meningkat, seperti cuci baju setiap habis dari luar, masak sendiri (karena sebelum pandemi biasanya kalau malas tinggal beli jadi aja) tapi ya namanya juga usaha dan ikhlas saja jadi lama-lama mulai terbiasa.
Setelah menikmati dan menerima dengan keadaan selama pandemi, kita sekarang berada dalam tahap ke posisi New normal dimana keadaan kita akan berbeda dengan sebelum pandemi, ada kebiasaan baru yang harus tetap kita patuhi seperti jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan asupan yang bergizi untuk memperkuat imun kita.
Dan sebenarnya jauh sebelum pandemi tepatnya setelah punya anak, menjaga kebersihan terutama sehabis bepergian atau beraktivitas dari luar, kami selalu membiasakan diri untuk bersih-bersih terlebih dahulu, seperti cuci muka, tangan dan kaki dan ganti pakaian sehabis aktivitas dari luar itu ritual yang tidak pernah kami lewati, alhasil si kecil pun jadi terbiasa.
Meskipun sudah terbiasa ya tetap saja ada beberapa hal yang terkadang kami abaikan dan sekarang jadi lebih protect dan semaksimal mungkin bisa menerima dan mematuhi anjuran pemerintah untuk bisa beradaptasi dengan New normal.
Gara-gara Capcay
Setelah menjalani WFH tepatnya sesudah libur hari raya idul fitri, ditempat kerja suami sudah mulai aktivitas kerja seperti biasa. Tadinya yang selang seling kerja (meringankan kerjaan saya krn tdk cuci baju tiap hari dan memasak untuk bekal) dan kini, masuk normal seperti biasa itu berarti tiap hari disibukkan dengan cuci baju masak dll, hiks cape iya jenuh sudah pasti tapi ya mau gimana lagi, untuk dikerjakan sama orang lain? Tidak mungkin karena aku suka tidak percaya bersih atau tidak, selama saya sanggup an bnyk waktu luang why not? Karena ini juga ladang pahala buat saya.
Saya selalu mewanti-wanti suami supaya tidak beli makan dari luar untuk itu sebisa mungkin saya memasak sendiri meski buat saya masak aktivitas yang melelahkan. Merasa tenang karena sudah membekali nasi dan saya percaya kalau dia tidak akan beli dari luar.
Suatu waktu, Allah begitu baik pada saya karena Allah maha tahu segalanya. Ketika suami meletakkan kotak makannya, sepintas terlihat warna merah yang bikin saya penasaran (dalam hati menggerutu apa itu yang warna merah, pikiranku oh mungkin itu Sardennya nyisa) lalu aku pun berlalu dari dapur, nah pas suami buka kotak makan untuk ditaro di wastafel dan baru aku melihatnya, whats seperti bekas buah tomat lalu aku pun langsung bertanya bekas apa itu buah tomat karena hari aku tidak masak dengan menggunakan tomat, dengan entengnya dia dia bilang oh itu bekas capcay dari pak erik tadi dia beli kebanyakan jadi dibagi dua.
Seketika aku meradang sejadi-jadinya, padahal dia tahu selama pandemi saya tidak membeli makanan matang dari luar dan kenapa dia lakukan padahal saya sering mengingatkan dia di wa supaya tidak memakan makanan yang bukan dari rumah. Dalam pikirku jadi pengorbanan selama kami karantina untuk tidak membeli dulu makanan jadi buat apa? Buat saya ini penghianatan!
Terjadilah perang dunia dan saya amat benci sama dia. Berhati-hari bungkam dan sejak itu saya seperti putus harapan. Bukan hanya karena capcay nya tapi juga masalah komitmen. Mudah-mudahan dia kapok ya Karena saya galak banget waktu tragedi Capcay itu.
Jadi buat kalian siapapun, Please ya kalau buat komitmen itu harus sungguh-sungguh, jangan pernah punya pikiran kalau yang dirumah tidak tahu karena ada yang diatas yang selalu menyaksikan dan dengan kuasa nya suka ada aja yang diperlihatkan pada kita supaya kita tahu.
Hargai jerih payah orang rumah yang selalu ingin keluarganya sehat, semua lelah dan letih ya akan terasa terobati jika melihat keluarganya sehat karena kita tidak tahu kalau makan beli diluar itu kebersihannya terjaga atau tidak terus aman tidak saat pengemasan ya sedangkan situasi seperti ini mengharuskan kita untuk makan yang sehat dan bersih.
Meskipun kita cape, bosan menghadapi pandemi ini tapi kita jangan kalah, kita ini sedang berjuang melawan covid, lakukan dengan yang kita bisa salah satunya me lnjaga pola hidup sehat.
Ya begitulah adaptasi versi saya menjelang New normal, semua harus safety dan mengikuti protokol kesehatan. Karena ikhtiar untuk sehat itu wajib. Yuk ah guys jangan pernah anggap sepele yang namanya penyakit menular seperti covid 19 ya, jangan sampai tertular dan jangan menulari, jaga keluarga, tetangga, kerabat dan teman. Semoga kita sehat selalu. ***
Terus setelah tragedi iru gimanaaaa ulah ngagantung atuh ceritana :))
BalasHapus