Sosialisasi Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

Gedung Pusdiklat Kemenlu Carakaloka Jakarta

ASEAN tentu tidak asing terdengar ditelinga kita, sejak SD kita sudah belajar tentang ASEAN yang beranggota kan  dari berbagai Negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Filipina, Laos, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam. Dari kesepuluh Negara ASEAN ini menurut saya sebenarnya Indonesia merupakan Negara yang berpeluang cukup besar untuk maju dalam segi perekonomiannya, kekayaan alam yang berlimpah dengan tanah yang subur maka tidak heran banyaknya warga Asing yang betah menetap di Indonesia.

Pemberian Cendramata kepada Tifatul Sembiring | Menkoinfo
Para Narasumber Menuju KEA2015

Untuk kedua kalinya saya menghadiri acara AseanBlogger di tempat yang sama yaitu di gedung Pusdiklat Kemenlu Carakaloka Jakarta. Acara dimulai pada pukul 9.00 WIB acara dibuka oleh Bpk I Gusti Agung  Wesaka Puja selaku Dirjen Kerjasama ASEAN 2015 yang memaparkan tentang visi ASEAN yaitu untuk menjadi  kawasan yang terintgrasi baik secara ekonomi sosial dan budaya. Dilanjutkan oleh Bpk Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia dengan paparan "Peran teknologi menyongsong komunitas AEC 2015untuk potensi ekonomi dengan sejuta kekayaan alam", serta membeberkan tentang komunitas Asean yang terbentuk 3 pilar yaitu : 1.Keamanan 2.Ekonomi  3.Sosial Budaya. Sesi berikutnya diisi oleh David Carden dari US Ambassy yang memaparkan  ASEAN  merupakan wilayah strategis dimana warganya memiliki keragaman maupun kebudayaan yang sama.

Narasumber Wirausahawan

Mendengarkan para nara sumber seminar ASEAN sangat tidak terasa kalau sudah dijalani, seminar sehari ini bahasannya sangat penting buat kita untuk menghadapi pasar bebas. Saatnya acara break sejenak untuk ISHOMA. Lalu acara dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 WIB dengan menghadirkan diskusi sesi ke 2 dengan nara sumber Rizal Afandi yang memaparkan tentang Ekonomi di Indonesia dan ASEAN, beliau menuturkan dengan online UKM bisa mulai berjualan dengan cara online dan peran ICT untuk mengurangi overhead produk. 

Dilanjut sesi 3 dengan narasumber berikutnya Shinta W Dhanuwardoyo tentang StartUp Indonesia peluang dan tantangan yang dihadapi UKM dalam perdagangan bebas, menurut Shinta Enterpreneurship yang ada di Indonesia sebanyak 1,5 % sedangkan minimalnya adalah 6%. Mungkin salah satu solusi barang yang dijual di ASEAN uniqe selling point. Narasumber berikutnya adalah Aidil Akbar tentang Indonesia dan ASEAN, beliau memaparkan Negara lain berlomba-lomba untuk jualan di Negri kita. Berikutnya pemaparan dari Raja Sapto Oktohari selaku ketua HIPMI tentang "Dampak Perdagangan Bebas bagi Pengusaha Indonesia", menurut beliau cari sebanyak mungkin info tentang AEC 2015 dan cari tentang yang bisa kita eksplorasi.

Narasumber Bedah Buku DestinAsean

Sesi berikutnya bedah buku traveling "Menjelajah Kisah di 10 Negara" yang merupakan pengalaman pribadi dari penulisnya dengan pembicara Eka Situmorang dan Venus. Tiba sesi diskusi terakhir dengan disiskusi tentang "Peran Blogger Indonesia Menuju AEC 2015" dengan narasumber Bpk Amril Taufik Gobel salah satu dari komunitas Blogger Bekasi yang tidak asing lagi didunia Blogging dan selaku Vice President Asean Blogger Community beserta paparan dari pemerhati sosial media Komunitas ASEAN dengan moderator Blogger Senior Imam Brotoseno.

Narasumber Peran Sosial Media

Sesi penutup yang tunggu-tunggu adalah pengumuman lomba blog ASEAN dan live twit dengan grand prize Samsung Grand yang dibacakan oleh Indah Julianti tentunya selesai sudah rangkaian acara Sosialisasi ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 Peran dan Konstribusi Blogger dan Sosial Media Dalam Menghadapi Integritas Ekonomi ASEAN.

Dari semua bahasan dari semua narasumber pada acara sosialisasi Asean Menuju AEC 2015 diatas, ternyata sama dengan apa yang saya rasakan dan sedikit menyesakkan dada. Bagaimana tidak, pengalaman saya bekerja sebagai akunting di sebuah butik bordir dengan mayoritas penjualan ke Negara tetangga dengan omzet per bulan ratusan juta rupiah. Bordir yang kita produksi sangat berbeda hasilnya dengan bordir lainnya, kehalusan dan kerapihan menjadi hal yang utama untuk memuaskan pelanggan, maka dari itu butik ini sudah mempunyai pelanggan dari mulai pejabat hingga keluarga kepresidenan, bahkan butik ini menjadi langganan buat para artis dan none Jakarta. Tapi sayangnya peluang sebesar itu tidak dimanfaatkan dengan baik karena minimnya pengetahuan tentang informasi dunia online.

Yang membuat saya prihatin, ketika suatu saat saya bercerita dengan teman yang kebetulan pernah mendampingi bos untuk pertemuan rutin bulanan dengan para pelanggan di Negara tetangga, setibanya disana barang yang sudah kita kasih label diganti dengan merk toko disana (sangat prihatin). Dengan hobi menulis, timbul ide saya untuk menyampaikan kepada bos kenapa kita tidak membuka toko online mengingat pangsa pasar butik ini sangat menjanjikan seperti yang disampaikan Rizal Efendi bahwa penjualan online bisa menyebar luaskan informasi lewat internet.

Intinya bos saya tidak mengerti dunia digital, mungkin beliau sudah merasa nyaman dengan pendapatan yang menurutnya besar tanpa berpikir panjang ke depan bagaimana jika produk kita di klaim seperti yang sudah-sudah yang dampaknya akan merugi dan  benar apa yang dikatakan oleh mba Shinta W Dhanuwardoyo bahwa Entrepreneurship di Indonesia kurang dari 2% dan ini adalah sebuah fakta dan pembuktian bahwa hal tersebut benar adanya. Mempertahankan yang sudah ada itu sulit jika dibandingkan dengan membuat karya baru lagi, jika itu terjadi terus menerus apakah kita harus memulai dari nol lagi? terus kapan maju nya Negara kita.

Pertanyaan saya, apakah Indonesia mampu menghadapi perdagangan bebas jika pengusaha di Indonesia mempunyai karakteristik seperti diatas? Tidak bangga dengan produk sendiri dan lebih senang berjualan dinegeri orang dengan rela menanggalkan label produk kita demi keuntungan semata dan yang lebih parahnya bangsa Indonesia lebih memilih dan bangga dengan produk luar yang sebenarnya sebagian dari produk tersebut adalah buatan kita sendiri atau dari bahan baku yang kita punya.

Menghadiri acara seminar Asean Menuju AEC 2015 ini saya seperti mendapat dukungan moril karena materi para narasumber yang disampaikan sangat mengena dan saya seperti mendapat jalan untuk menulis yang saya rasakan dan itu semuanya realita. Semoga dengan apa yang saya tulis ini bisa membuka mata dan hati kita tentang dampak perdagangan bebas bagi pengusaha Indonesia seperti yang dikatakan oleh  mas Raja Sapto. Ya, walaupun saya yakin tidak semua pengusaha seperti yang saya tulis diatas tetapi alangkah baik dan bijaknya jika kita menerima saran dan mempelajari serta terus mencari informasi untuk mendapatkan yang lebih baik dari yang sudah dicapai.

Kurangnya sosialisasi dan pemahaman tentang connectyvitas akan berdampak pada perekonomian menjelang perdagangan bebas nanti. Media sosial sekarang berperan penting sebagai pendukung Indonesia bisa lebih maju dan bisa bersaing dalam perdagangan bebas. Tidakkah kita ingin merasakan perekonomian kita maju? Jika kita mampu bersaing dalam perdagangan bebas nanti semoga lapangan pekerjaan di Indonesia lebih luas karena tingginya daya beli dan permintaan.

Indonesia itu unik sebagian penduduknya berjiwa seni dengan bakat yang luar biasa, sudah saatnya kita harus bangkit dan sadar dari tidur kalau Negara kita itu sebenarnya mampu bersaing dengan Negara maju lainnya, namun kurangnya apresiasi dan tidak bangga dengan nama sendiri, hal inilah yang membuat kita acuh dengan apa yang kita punya, sekarang mungkin kita belum merasakan dampaknya, tetapi kalu sudah tiba pada saatnya perdagangan bebas kita akan menyesal karena tidak dipersiapkan dari sekarang. ***


Sumber Photo :Pribadi

Komentar

  1. Tadi lupa komen. Malah disuruh putar balik lagi.. Hiks..

    Jadi lupa mau komen apa, kan? :(

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima Kasih sudah mampir ke blog saya, semoga berkesan dan bermanfaat dan jangan lupa boleh tinggalkan jejak dengan memberi komentar, Bye..

Postingan populer dari blog ini

Sakit Kepala Bukan Alasan Lagi Untuk Tidak Beraktivitas

Sekarang Praktis Pesan Tiket Bus Budiman Bisa via Online

Store Tour Harga Teman Giant Bareng Meisya Siregar