Pagelaran Budaya Batak Wedding Batak Exhibition 2024
Adat adalah Identitas, adat lebih dahulu ada sebelum Republik Indonesia terbentuk, adat harus dihormati dan dihargai ~ Glenn Fredly
Foto: dokpri |
Bisa dibayangkan kalau seluruh manusia di dunia hidup tanpa adat dan budaya?, mungkin kehidupan tidak akan mengalami kemajuan teknologi, tidak pintar, zaman akan tetap primitif, tidak ada tarian dan nyanyian khas yang menggambarkan suku tertentu.
Indonesia yang kaya dengan adat, budaya dan suku, aku bersyukur menjadi bagian dari negara Republik Indonesia, keberagaman adat budaya yang selalu menarik untuk diulik, rasanya belum semua aku pelajari dan mengenalnya karena terlalu banyak dan beragam.
Hidup dilingkungan dari suku Batak, menjadikan aku sangat tertarik dengan adat dan kebudayaan leluhur, setiap apapun itu yang berhubungan dengan adat entah itu ketika sedang ada perayaan pernikahan, kelahiran maupun kematian sudah pasti berbeda antara suku satu dengan suku yang lainnya.
Sedari kecil dibesarkan sama opung doli dan opung boru yang notabennya mengikuti budaya Batak, sedikitnya tahu tentang kebudayaan Batak yang ingat dan dipelajari, ada banyak hal yang saya ingat baik itu tentang jenis ulos yang tidak sembarangan asal pakai karena setiap motif dan warna ada artinya, kuliner, tentang pesta pernikahan yang rangkaiannya acaranya panjang seperti kereta, kebiasaan dan tarian yang selalu ada dalam semua acara dan segala suasana, baik itu sedih san senang tarian tortor itu seperti wajib.
Sejarah Tortor
Tortor merupakan tarian dari masyarakat Batak yang diperkirakan telah ada dalam kebudayaan Batak sejak sekitar abad ke-13. Tari tortor pun memiliki makna simbol dari tiap-tiap gerakannya yang bervariasi dan penuh makna. (Wikipedia)
Setiap tarian daerah tentu punya makna dan tujuan, tidak gerak sembarang supaya tidak salah arti makanya disinilah pentingnya untuk belajar sejarah adat dan budaya. Seperti tari tortor yang tentu mempunyai makna sebagai tari pembersih dan tujuan yang berfungsi sebagai penampilan pada acara hajatan, penyambutan tamu istimewa dan perayaan.
Jadi kangen masa masa dimana setiap ada perayaan pasti terlibat untuk ikut manortor, pengalaman yang menyenangkan rindu dengan gerakan seirama dengan iringan musik (Margondang) yang dimainkan dengan alat musik tradisional seperti ngondang, suling, trompet dan lain-lain. Cukup merinding ingat opung kalau ada iringan musik tari tortor.
Lagi rindu-rindu ya, tiba-tiba ada berseliweran di intragam informasi Wedding Exhibition Batak yang diselenggarakan di Smesco rasanya pengen ikut memeriahkan kali aja ada event manortor bersama, eh beneran dong ada lomba tati manortor dan fashion Show nya juga di Car Free Day Sarinah Jakarta.
Langsung aja aku daftar lomba manortor aja, kalau fashion Show gak percaya diri karena look tidak memadai hahaha. Kalau manortor masih mendinglah, dan ini pun tidak berharap juara karena hanya ikut meramaikan saja sekaligus ikut Melestarikan budaya Batak supaya lebih dikenal di masyarakat luas.
Lomba Fashion Show dan Lomba Manortor yang digelar oleh Helaparumaen dan Chathaulos di CFD Sarinah Minggu 7 Juli 2024 ini sabagai dari rangkaian acara menuju Pameran Pernikahan Batak 2024 yang dilaksanakan pada tanggal 7-8 September 2024 di Smesco Convention Hall Jakarta yang digelar oleh Helaparumaen dan Chathaulos.
Panitia |
Meskipun cuaca agak sendu karena sedikit gerimis tapi tidak mengurangi semangat para peserta yang hadir minggu pagi. Pun juga dengan para peserta CFD yang ikut meramaikan acara pembukaan yang dimulai dengan sesi games.
Antusiasme para peserta yang hadir pagi tadi baik itu lomba Fashion Show maupun Manortor membuat para penonton yang hadir terpukau dengan penampilan para peserta dengan atribut Batak. Sempat berbincang dengan salah satu peserta yang berprofesi sebagai seorang dokter kecantikan dari Gading Serpong yang sengaja ikut berpartisipasi untuk ikut lomba fashion Show dan sengaja menginap di hotel dekat sekitaran Sarinah demi acara ini.
Kak Beatrix Flora Siregar |
Menurut Kak Beatrix, adat dan kebudayaan kita itu mulai sudah mau punah, untuk itu diperlukan kaum muda untuk meregenerasi kebudayaan dengan melestarikan kebudayaan seperti kegiatan pagi ini dengan lomba yang melibatkan kebudayaan supaya tidak punah.
Foto: dokpri |
Seru sih banyak hal yang bikin saya spechles juga, dimana ada salah satu lomba fashion Show anak dari suku Jawa yang ikut memeriahkan acara di CFD tadi pagi, menurutnya saat ditanya apa alasannya mau ikut acara ini katanya budaya Batak keren dan aku suka, atributnya juga punya sendiri katanya karena suka dengan budaya Batak, keren kamu dek!.
Foto: dokpri |
Peserta lomba Fashion Show anak Semakin siang acara semakin meriah, tapi acara harus segera selesai karena CFD harus steril dan sudah mulai dibuka untuk kendaraan. Acara diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba fashion Show dan manortor, wah selamat buat semua para pemenang, kalian keren. Terus lestarikan budaya Batak ya jangan sampai punah. Karena adat dan budaya itu identitas yang keberadaannya harus dihormati dan dihargai. O'ya jangan lupa ya catat dan kosongkan jadwal di kalender anda tanggal 7-8 September untuk hadir di Wedding Batak Exhibition yang pastinya banyak menyajikan tentang kebudayaan Batak yang beragam. Acara yang didukung oleh Helaparumaen, Chathaulos, Iwita, Berlima Womenpreneur, Mula Indonesia, Raja Lapet dan IWAPI Jakarta ini pastinya akan membawa kita untuk lebih dalam mengenal kebudayaan Batak. Jadi, jangan sampai ketinggalan ya, ajak keluarga, teman dan sahabat tercinta, untuk informasi lebih lengkap disini. *** |
Horas!
Datang ke acara ini happy banget mengobati rasa rindu sama keluarga besar huhuhu, Opung Miss youuuu Bapakkkk, Udaaa
BalasHapusLoh mba Reni juga batak toh ☺. Samaaa kita mba. Cuma sayangnya walo pun papa mama ku batak, tp mereka sendiri udah ga terlalu paham adat. Bicara di rumah dengan anak2 juga pakai bhs Indonesia. So bisa dibilang aku ga paham sama sekali bhs batak.
BalasHapusPas nikah, memang pakai pakaian adat sibolga, Tapanuli, tapi cuma pakaian. Adat nya tetep ga, yg biasa aja. Apalagi aku nikah ama orang Jawa. Dan papa beranggapan kasian mertuaku yg ga mungkin tahan dengan pesta berhari2. So dibuatlah resepsinya di gedung saja supaya cuma 5 jam 😂. Drpd berhari2 kayak biasanya orang batak.
Jd kalo tertarik dengan budaya batak, aku belajar sendiri. Ga mungkin tanya papa. Even marga aja papa ga mau pakein ke anak2 perempuan. Jd cuma si adek bungsu yg laki pakai marga pasaribu. Kami anak2 cewe ditiadakan semua 😅. Pdhl aku bangga loh kalo bisa pakai marga pasaribu ku.