Siti Salamah Pejuang Kaum Urban Di Tengah Gempuran Covid-19

 

Sumber foto: National Geographic Indonesia

Sampah, permasalahan yang sulit terpecahkan dan bahkan seolah tidak ada habisnya untuk dibahas. Bayangkan saja setiap hari kita menyumbang sampah dan itu artinya ikut bersumbangsih membuat tumpukan sampah yang lama kelamaan akan menggunung.

Selalu membayangkan kemana perginya sampah setelah berada di penampungan akhir, akan kah sampah-sampah itu tetap menggunung atau diolah atau terurai dengan sendirinya? Kalau terurai dengan sendirinya tentu tidak mungkin ya karena sampah di penampungan akhir itu semua tercampur antara sampah organik dan anorganik.

Tahu kan kalau sampah anorganik seperti sampah plastik itu butuh ratusan tahun untuk terurai, astagfirullah banyak banget ya dosa kita sudah mencemari bumi dengan ulah kita yang tidak memilah sampah. Efeknya sekarang yang kita rasakan bumi semakin panas dan polusi udara sedang merajalela.

Saling menyalahkan tentu tidak akan menghasilkan solusi, yang harus kita sadari adalah sampah bukan hanya tanggung jawab pihak terkait saja, tapi sampah menjadi tanggung jawab kita semua. Memulai tanggung jawab masalah sampah bisa dilakukan mulai dari hal terkecil, misal tidak buang sampah sembarangan, bijak berplastik yang kini sudah mulai dilakukan oleh beberapa minimarket, tapi belum merambah ke pasar-pasar tradisional dan warung-warung kecil (semoga ke depan ada sosialisasinya).

Sumber foto: Satu Indonesia

Berbicara masalah sosialisasi tentang sampah, langsung teringat sama Ibu Siti Salamah yaitu seseorang yang menggagas Waste Solution Hub. Kegiatan Inovasi sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban. Program ini melakukan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi yang melibatkan multi pihak. Nah, sependapatkan dengan yang saya katakan di atas, kalau masalah sampah itu adalah tanggung jawab bersama artinya tidak bisa masing-masing, semua pihak harus terlibat supaya bisa bersama-sama menuntaskan masalah hingga ke akar (tapi mungkin susah ya karena setiap individu pola pikirnya tidak sama), hiks!

Tapi jangan putus asa, yang terpenting mulai dari diri sendiri dan hal terkecil sekalipun karena bisa jadi aka berpengaruh meski tidak signifikan, setidaknya sudah melakukan hal yang baik untuk bumi. Bukankah apa yang kita perbuat akan kembali lagi pada diri kita sendiri? So jangan lelah untuk berbuat baik apalagi untuk bumi tempat kita berpijak.

Kembali lagi ke masalah sampah!

Program Waste Solution Hub di dorong untuk memberikan solusi terkait permasalahan sampah dan juga kondisi sosial khususnya di lingkungan kehidupan para pemulung. Ada sejumlah program pengelolaan sampah, namun kegiatan aktivitas sosial menjadi nilai tambah dan pembeda Waste Solution Hub.

Aktivitas Waste Solution Hub dibagi menjadi beberapa program yaitu Pengelolaan Sampah Event dan Cluster Perumahan dilakukan dengan proses end to end untuk memanah nilai berkelanjutan. Lalu pelatihan intensif pemulung dilakukan untuk memberikan peluang tambahan dan keterampilan.

Hingga Kini Waste Solution Hub telah mengedukasi lebih dari 23.435 pengunjung jumlah sampah yang dikelola saat ini 4.388 kilogram dan juga telah memberdayakan pemulung lebih dari 1.222 orang di wilayah Tangerang Selatan, lebih dari 171 sukarelawan terlibat serta donasi untuk pekerja informal (Pemulung) selama pandemi sebanyak 5006 paket sembako yang telah didistribusikan.

Waste Solution Hub mempunyai target 10.000 mitra pemulung, mingkatkan pendapatan pemulung sebanyak 100 persen, mengelola 1000 ton sampah per hari menghasilkan lebih dari 1000 produk daur ulang dan mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang dan pembelajaran di seluruh Indonesia.

Wah, mantap sekali ya ide dan gagasan Ibu Siti Salamah ini, patut dicontoh oleh kita semua sebagai pejuang tanpa pamrih membantu sesama untuk mendapat penghasilan dan turut serta membantu menyelamatkan bumi dari beban sampah yang semakin hari semakin menumpuk tidak terkendali.

Aksi Bu Siti Salamah ini tidak hanya membantu memberi jalan rejeki buat mereka para pekerja informal saja akan tetapi sekaligus memberi ilmu tentang pengelolaan sampah dan bagaimana mengelola daur ulang sampah.

Berbicara daur ulang sampah, jadi flashback beberapa tahun kebelakang dimana saya juga pernah mengikuti pelatihan daur ulang sampah anorganik dan organik. Kesimpulan dari pengetahuan yang saya dapat dari pelatihan tersebut yaitu ternyata kalau sampah itu bisa menghasilkan dan juga bisa bermanfaat buat lingkungan sekitar jika dikelola dengan benar. 

Sumber foto: Pribadi | Taplak meja yang dibuat dari bekas sedotan air mineral


Sedikit cerita tentang foto diatas yang merupakan asli buatan tangan data sendiri, setelah mendapat pelatihan, saya langsung semangat dan tertarik untuk membuat taplak meja dari bekas sedotan air mineral. Setiap ada di manapun mata tidak lepas dari pandangan ke bawah kali aja menemukan sedotan plastik, tidak jarang sampai turun langsung di bawah terik matahari untuk sengaja mencari sedotan. 

Suatu waktu, ketika saya sedang mencari di sekitar lapangan, mungkin keberadaan saya mengundang perhatian yang punya warung di pinggir jalan, lalu keluarlah seorang bapak paruh baya menghampiri saya dan menanyakan apa yang saya cari, lalu saya pun menceritakan maksud dan tujuan saya untuk mencari bekas sedotan air mineral untuk dijadikan kerajinan. 

Lalu bapak itu pun segera mengajak saya ke warung ya dan memberikan banyak sekali sedotan, wah betapa senangnya saya hari itu seperti mendapatkan berlian. Dengan rasa haru saya pun hendak menanyakan harus bayar berapa dan si bapak pun dengan melempar senyuman sambil bicara ambil saja, disini juga sudah kebanyakan sayang juga kalau dibuang. 

Dengan senang hati saya langsung bergegas pulang dan segera mengerjakan taplak meja yang sudah mencuri perhatian dari tempat pelatihan. Semakin ketagihan membuat taplak meja, hingga menghasilkan beberapa buah taplak meja, sebagian di kasih ke teman smdan sebagian ada yang tertarik buat beli. Senang banget rasanya bisa membuat karya apalagi karya kita dihargai, hehe. Buat yang mau latihan daur ulang sampah buat taplak meja nya boleh ya nanti saya ajarin dan tentunya gratis!.

Andai semua masyarakat melakukan pemilahan sampah, mungkin beban sampah yang menumpuk bisa dikendalikan dengan aksi daur ulang sampah plastik kemasan yang bisa dijadikan hand made dan punya nilai jual serta sampah rumah tangga yang bisa dijadikan pupuk buat tanaman, maka semua itu siklusnya akan berputar jadi tidak ada yang terbuang. Kalau saja semua bersama-sama punya pola pikir seperti ini mungkin beban sampah tidak terlalu menggunung dan permasalahan cuaca ekstrim seperti yang sekarang kita alami akan berkurang ya.

Sudah sepantasnya jika Bu Siti Salamah mendapat apresiasi 12th Satu Indonesia Awards tingkat Nasional untuk kategori kelompok yang mewakili lima bidang sekaligus, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi. Keren Bu, semoga bermunculan para pejuang tanpa pamrih seperti Ibu Siti Salamah.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sakit Kepala Bukan Alasan Lagi Untuk Tidak Beraktivitas

Sekarang Praktis Pesan Tiket Bus Budiman Bisa via Online

Store Tour Harga Teman Giant Bareng Meisya Siregar